ANDE - ANDE LUMUTAN
Memperkenalkan Para Lakon....
Murniwati Marbun sebagai Butet
Try Rubianto sebagai Mas’e
Samariah sebagai Janah
Herlina sebagai Mbok Jane
Syamsul Bachri sebagai Joko Kendil/Sumeno
Riska Andika sebagai Tukang Sayur
Raihana sebagai Mbok Jum
Wiwik Listiawati sebagai Mbok Rah
Mey Sriyanti sebagai Doro Putri
Rosnawati sebagai Putri 1
Herlina sebagai Mbok Jane
Riska Andika sebagai Tukang Sayur
Wiwik Listiawati sebagai Mbok Rah
Mey Sriyanti sebagai Doro Putri
Rosnawati sebagai Putri 1
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah hutan hiduplah sepasang suami isteri yang saling mencintai. Sang suami bernama Sumeno dan Sang istri bernama Butet. Tepat di tahun ketiga setelah kelahiran anak pertama, Butet mengandung lagi, hal yang sangat di nanti- nanti oleh kedua insan Tuhan yang mengharapkan kehadiran seorang putera itu. Dengan rasa bahagia Sumeno menjaga istrinya dengan baik dan perhatian yang lebih.
Sumeno dan Butet yang dalam keadaan hamil berjalan pelan memasuki panggung
Sumeno: “wes sayang, alon-alon toh mlaku ne, nanti jatuh, kan mas gak mau terjadi apa-apa sama istri dan anak mas tercinta.”
Sumeno dan Butet keluar panggung
Walaupun sedikit lebay (issh..) tapi Butet senang dengan sikap suaminya yang begitu antusias menjaganya. Waktu demi waktu, kian demi kian lahirlah si cabang bayi berjenis kelamin laki-laki dengan bantuan dukun beranak ternama di desa itu, Mbok Jane namanya.
Sumeno masuk penggung sambil mondar-mandir dengan wajah khawatir menunggu istrinya melahirkan. Mbok Jane keluar dengan ekspresi cape dan kebauan
Sumeno: “Bagaimana mbok? Anak kulo lanang atau wedo’?
Mbok Jane: “laki-laki, perkasa sekali, tapi…”
Sumeno: “Tapi opo mbok?”
Mbok Jane: “Si mbok sudah berusaha memandikan bayimu dengan baik, berkali-kali, tapi anehnya bayimu itu bau sekali Meno, bau bangkai, padahal keluarnya dari lubang yang tepat, si mbok bingung.”
Sumeno: “Ah si mbok bercanda, pasti sebaliknya kan, kalau gitu kulo liat dulu yo mbok”
Sumeno keluar panggung
Mbok Jane: “Oalaa… Tak kandani ora percaya, yo wes lah”
Tiba-tiba Sumeno keluar
Mbok Jane: “Bagaimana?”
Sumeno: “Harum” (Mati)
20th berlalu setelah kematian Sumeno bayi lelaki itu tumbuh layaknya pria biasa lainnya, Butet yang sekarang menjanda kini telah terbiasa dengan kelainan yang diderita anak lelakinya itu.
Di halaman rumah, Mamake’ menyapu dedaunan sambil bernyanyi lagu Jawa. Berhenti lalu duduk melepas lelah.
Mamake’: “Jana, oooo Jana sayang, cepatan toh kemari bawakan minuman mamake”
Jana: “iya Mamake”
Mamake’: “Suwon anak kulo sing ayu dewe.”
“Oalaa..Jana, piye to suami dan adekmu iki? kok yo gak pulang-pulang sudah sore gini”
Jana: “Mungkin di sawah banyak kerjaan mamake.”
“Eh itu mereka pulang”
Rohim dan Kendil memasuki pentas dengan membawa peralatan sawah.
Jana: “Kok baru pulang mas?”
Rohim: “Panen dek, jadi mas lembur?”
Jana: “Yo wes, mandi dulu mas”
Rohim: “Mamake, ndil kami masuk dulu yo”
M &K: “Yo..”
Kendil dan Mamake’ tinggal berdua.
Kendil: “Haah...”
Mamake’: “Kenapa lee..”
Kendil: “Kapan yah Mamake aku bisa menikah, merasakan surga dunia. Aku sudah berusaha ikut kontak jodoh, katakan cinta, sampe ikut pemilihan coverboy, tapi….ah Mamake tau sendiri, siapa juga yang mau sama pria busuk seperti aku. Duh gusti, apa salahku ini?
Mamake’: “Oalaa... sabar to lee, nanti kalau sudah waktunya kamu pasti menikah, Tuhan itu kan maha adil”
Kendil: “Sampai kapan Mamake? Sampai kiamat?”
Mamake’: “Sabar itu disayang Tuhan, sudah ayo masuk rumah, mandi trus kita makan sama-sama”
Kendil: “Iya..”
Pagi hari di pertigaan desa Kentrung, detik demi detik, menit demi menit, hari berganti hari. Joko Kendil belum juga mendapatkan jodoh, warga kampung pun kerap mempergunjingkannya. Siapa lagi pelopornya kalau bukan tante-tante usil, “Dasar tante tante usil“.
Mpok Jum: “Jam segini kok Paklek sayurnya belum datang ya ?”
Mpok Rah: “He’ e biasanya udah dating, si Paklek gak disiplin banget sih, telat mulu, kalau ini di kampus, sudah diusir dosen kita ini.”
Mpok Jum: “Betul banget.”
“Eh, Jeng ada gosip baru lho. Tau gak anaknya si Mamake yang rumahnya dekat kuburan itu lho jeng. Yang namanya dil…dil.. gitu.”
Mpok Rah: “Dilo, dila, dilon..sapa to jeng.”
Mpok Jum: “Itu lho masak gak tau, se-se siapa toh yo namanya (mikir). oh..ya Joko Kendil. Masak umur sudah 1/4 abad kok ya belum nikah-nikah juga. Apa anunya tidak karaten ya jeng.”
Mpok Rah: “Oalah, itu too, pantesan gak laku-laku, lha wong baunya aja kaya kentut Kuda sampe-sampe Bapaknya sendiri semaput, siapa juga gadis yang mau ama dia, udah jelek, bau, miskin.”
(Sambil terus ngerumpi kemudian tukang sayur datang )
Paklek Sayur: “Sayur…sayur..tahu tempe kangkung kol kubis wortel kacang panjang tumere jahe tumbar miri jahe semuanya ada disini. Sayur bu, masih seger-seger lho bu, seseger orangnya.”
Mpok Rah: “Lek, kacang panjangnya ada?”
Paklek Sayur: “Oh ya jelas ada, panjang-panjang lagi”
Mpok Rah: “Gini kok panjang” ( sambil memegang kacang ) “masih panjangan punya suami saya” (tersenyum)
Mpok Jum: “ah... Jeng ini bisa saja. Eh…jeng, kira-kira punya Joko Kendil masih orisinil gak yah?” ( tersenyum genit )
Paklek sayur: “Walah pagi pagi kok sudah ngomong jorok. Dasar tante-tante tukang rumpi.”
Mpok Jum: “Hus berisik….!”
Mpok Rah: “eh..eh itu Mamake nya datang.”
( Mamake datang menghampiri Paklek sayur bersama Jana )
Mamake’: “Jengkolnya ada ?”
Mpok Jum: ( sambil berbisik ) “Maklum makannya aja jengkol pantesan saja baunya kayak jengkol”
Mpok rah: “Eh Mamake, ya sekali-kali anaknya dikasih makan Kemangi biar badannya haruman dikit, biar cepet laku.”
Janah: “Kalo ngomong sopanan dikit yah Mpok.”
Mamake hanya diam sambil memilih sayur
Paklek sayur: “udah jangan didengerin Mamake’, mending dengerin saya, saya punya kabar baik”
Semua: “Apaan??”
Paklek mengambil kentongan dan pukulannya lalu memukul kentongan itu.
Paklek sayur: “Bapak, ibu, saudara-saudari, paklek, bule, mbah kangkung, mbah uti, adik, kakak. Woro-woro “ bagi jejaka-jejaka yang masih single ada kabar gembira buat kalian. Doro Putri si janda makmur lagi cari mantu langsung untuk 2 ekor putrinya, eh salah 2 orang putrinya. Dengan syarat sebagai berikut.
1. jejaka tulen
2. pejantan tangguh
3. usia belum mencapai 1/2 abad
4. berdomisili di desa kentrung
5. membayar biaya pendaftaran sebesar uang SPP universitas di kota-kota
6. pendaftaran paling lambat 1/2 jam lagi.
Jana: “Mamake, ayo daftarkan ade kendil”
Mamake’: “iya ayo segera”
Mpok Jum: “Haa... anak sampean mw ikut?? Apa gak salah??”
Mpok rah: “Yang ada belum audisi sudah tereliminasi, hahaha”
Paklek sayur: “Woyy, cepatan bayar dulu”
Mamake: “semuanya berapa lek ?”
Paklek sayur: “Semunya abis 5555 rupiah.”
Mamake’: ( sambil menyerahkan uang ) “mari…!” (jengkel)
Hari yang di nanti pun tiba
Doro Putru: ( Mondar-mandir ) “Ajudanku apa semua sudah siap?”
Ajudan: “Siap doro, tinggal teng aja.”
Doro Putri: “Bagus-bagus ,memang kamu sudah bisa diandalkan. Saya nggak mau kalau sampe nanti gatot. Gagal total.”
“Putriku..... apa kalian sudah oche.?”
P. Wardhani: “Wah udah gak sabar ni Mom”
P. Wardana: “Cepetan dimulai dong Mom.”
P. Wardhani : “Kira-kira cowok yang jadi pendampingku kayak apa ya? Aku pingin yang tinggi, putih ( senyum-senyum). Botak dikit gak apa, ya... seukuran pangeran William Gitu dech.”
P. Wardhana: “Kalau aku pengen yang biasa aja.”
P. Wardhani: “ Ihh.. dah nggak sabar nich.”
P. Wardahana: “Dimulai aja Mom.”
Doro Putri: “Iyo... Ayo ajudan cepetan dimulai.”
Ajudan: “Tenk..tenk.. 1,2,..3… musik”
Musik intro jawa di iringi tarian
Akhirnya sayembara pun di mulai.
Ajudan: “ Kita tampilnya peserta dari desa bagian barat kentrung, ia adalah putra dari Pak lurah kentrung. Dia mempunyai kebun seluas 4 hektar rencananya untuk penambahan gedung bagi mahasiswa FKIP. Inilah Krisna Mukti Radadi-dadi.
Krisna Mukti berjalan dan bergaya diiringi musik pejantan tangguh.
Ajudan: “Peserta ke 2 ini, sudah tidak asing lagi dalam dunia maya. Dia adalah putra dari pengusaha lahan terkaya di desa ini. Dia adalah Joko Pamungkase Gede terkenal dengan sapaan PAKLEK SAYUR....” ( diiringi lagu Sedang Ingin bercinta )
Ajudan: “Dan ini peserta terakhir kita. Dia tidak kalah dengan yang lainnya, dia memiliki talenta hebat dalam menghipnotis indera penciuman warga sedesa kentrung, kita sambut. Joko Kendil.”
( diiringi musik Tak bisakah )
Warga Desa: “Hu…hu…hu…”
P. Wardhani: “Bauuuu, eh ajudan knapa orang bau kamu suruh masuk ke sini ?”
P. Wardhana: “Wahh.. bisa jadi alat ngusir penjahat ini Mom”
Doro Putri: (Sambil menutup hidung) “Sudah-sudah, hentikan kebauan ini”
Ajudan: “Maknyooss.”
Pengumuman pun tiba.
Ajudan: “Setelah menimbang, melihat, mencium dan memilih, akhirnya pemilihan jatuh kepada: untuk putri 1. jatuh pada Krisna mukti radadi-dadi, dan untuk putri ke 2 jatuh pada. Joko……joko…. Panungase Gede.
Joko P Gede: “ Terimakasih saya ucapkan pada Tuhan, orangtua saya dan seluruh pendukung saya”.”
Ajudan: “dan Joko Kendil mendapat ucapan terima kasih. Akhirnya sayembara pun di tutup.”
Doro Putri: “Terima kasih wargaku”
(Musik aku bukan pilihan)
Putri dan putra berdansa dan meninggalkan joko & Kendil Sendirian
Joko Kendil: “Nasib….nasib…duh Gusti apa salahku ? inilah cinta deritanya tiada pernah berakhir.”
Mbok Jane: “Sabar lee yah... Mbok masih punya anak gadis yang pantas untukmu.. jangan bersedih yah..”
Selesai
Kenangan ini takkan terlupa kawan..
Bagaimana kita mempersiapkan segalanya hanya dalam 3 hr..
Dengan bekal semangat dan doa kita bersama, walaupun kita kehilangan 2 kawan dalam kelompok kita, kalian rela bersusah payah menggantikan peran mereka dan tak pernah gentar menghentakkan kaki, berdiri tegak dan menyimpan malu demi sebuah mutu.
Aku mencintai kalian kawan :*
Semoga kebersamaan ini akan terulang dengan momen yg lebih baik...
Wish All the Best...
